Free cookie consent management tool by TermsFeedKebutuhan Pupuk Petani Indonesia Meningkat, Ini Solusinya? - Demfarm
logo-demfarm

Kebutuhan Pupuk Petani Indonesia Meningkat, Ini Solusinya?

·
<p>Kebutuhan Pupuk Petani Indonesia Meningkat, Ini Solusinya</p>

Kebutuhan Pupuk Petani Indonesia Meningkat, Ini Solusinya

(Istimewa)

Pemanasan global yang berdampak pada bergesernya musim hujan dan kemarau menjadi tantangan sendiri bagi pertanian Indonesia.

Dimana musim hujan dan kemarau kerap kali berlangsung tidak sesuai prediksi, akibatnya tahapan pertanian pun  menyesuaikan dengan kondisi cuaca kekinian.

Musim tanam utama menjadi tahapan awal dari proses budidaya produk pertanian, khususnya komoditi pangan, seperti padi dan palawija.

Agar lebih tahu apa itu proses atau tahapan pertanian, ayo kita mulai dengan memahami istilah musim tanam. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan musim tanam adalah waktu tertentu yang dijadikan sebagai tahap permulaan menanam (padi dan sebagainya).

Ada tiga waktu musim tanam yang biasanya dipraktekkan petani Indonesia yaitu musim tanam utama pada bulan November sampai Maret, dimana pada musim ini biasanya kondisi lahan pertanian pas atau basah berair tepat saat penghujan.

Meskipun sangat bergantung dengan kondisi tanah yang basah, musim tanam kedua juga bisa dijadikan tahapan petani menanam yaitu pada bulan April, Mei, Juni, dan Juli biasanya mulai kemarau.

Budidaya pangan tetap akan tumbuh optimal jika sistem pengairan bagus atau dalam kondisi mencukupi kebutuhan air sawah.

Musim tanam kemarau pada Agustus, September, dan Oktober menjadi penutup musim tanam yang dilakukan masyarakat petani Indonesia.

Setiap musim tanam tentunya bukan hanya bibit unggul yang dibutuhkan petani untuk menghasilkan produk berkualitas tetapi pupuk jadi pendukung  penting pertumbuhan padi atau palawija, petani membutuhkan pupuk berkualitas untuk menentukan keberhasilan budidaya tanaman. 

Penentuan Musim Tanam yang Tepat

Bukan hanya bibit unggul dan pupuk berkualitas, menentukan musim tanam yang tepat menjadi kunci keberhasilan panen petani.

Memahami karakter setiap tumbuhan, apakah cocok ditanam ketika musim hujan, musim kemarau atau musim peralihan penting agar waktu penanaman benar-benar tepat sehingga hasil panen berkualitas.

Terutama bagi petani pemula,  hendaknya terus bersemangat untuk meningkatkan pengetahuan termasuk  waktu musim tanam yang tepat dan bibit cocok dengan kondisi lahan.

Pengetahuan tersebut sangat penting agar komoditi yang ditanam bisa tumbuh dengan normal dan mengantisipasi gagal panen.

Berikut ulasan dikutip dari Buleleng.go.id 

1. Mengenal Musim di Indonesia

Indonesia seperti kita ketahui dan alami terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan kemarau tetapi diantara kedua musim tersebut biasa disebut saat pancaroba atau peralihan.

Musim Hujan

Musim ini, dimana angin dari samudra Pasifik yang kaya akan uap air akan memasuki wilayah Nusantara. Hujan turun dengan intensitas tinggi biasanya terjadi pada September-Maret dimulai dari wilayah bagian barat terlebih dahulu yaitu Sumatera pada akhir bulan September lalu menyusul ke Jawa dan Kalimantan pada bulan November dan terus bergerak ke timur.

Musim Kemarau

Berhembusnya angin dari arah Samudra Hindia (dekat Australia) yang miskin uap air memasuki wilayah Indonesia dengan membawa udara kering menunjukkan waktu musim kemarau di negeri kita dan biasanya terjadi mulai April – Agustus.

Musim Peralihan

Peralihan dari kemarau ke hujan biasanya bulan September-November sedangkan untuk peralihan dari musim hujan ke musim kemarau terjadi di bulan Maret-Mei. Pada musim pancaroba terkadang masih turun hujan dengan intensitas rendah hingga sedang tergantung kondisi Lanina atau Elnino.

2. Tanaman untuk Musim Hujan

Pilih tanaman yang  cocok sesuai musim hujan. Pada musim hujan ini disarankan untuk menanam berbagai macam tanaman, yaitu sayuran dan buah-buahan. Namun demikian juga harus selektif menyesuaikan ketinggian lahan dari permukaan air laut serta ketahanan tanaman tersebut.

Anda harus tahu bahwa penyakit tanaman di musim penghujan itu hampir semuanya disebabkan oleh cendawan (jamur) dan bakteri patogen. Sedangkan serangan hama serangga seperti kutu daun sangat minim sekali. Sejumlah tanaman yang cocok, seperti padi, kubis, bayam, kangkung, mentimun.

3. Tanaman untuk Musim Kemarau

Musim ini, sebaiknya dipilih tanaman  buah dan umbi untuk dipanen. Sejumlah tanaman yang cocok diantaranya kacang tanah, kentang dan labu, biasanya dipanen saat kemarau yang menghasilkan umbi-umbian yang  berkualitas.

4. Tanaman untuk Musim Pancaroba (Peralihan)

Padi, cabai dan tomat merupakan contoh tanaman yang juga cocok ditanam saat musim peralihan, dimana musim pancaroba hampir setiap jenis tanaman bisa dibudidayakan dengan normal. Populasi hama dan penyakit juga berada pada level sedang sehingga mudah diatasi.

Pentingnya Ketersediaan Pupuk  saat Musim Tanam

Pupuk berperan penting dalam merawat tanaman, biasanya petani akan memilih produk pupuk yang tidak hanya mampu melawan hama dan penyakit tetapi juga berperan dalam meningkatkan kualitas tanaman mulai dari pohon yang sehat, daun yang bagus sampai dengan hasil panen melimpah.

Pemerintah melalui PT Pupuk Indonesia (Persero) mendorong distributor untuk meningkatkan stok pupuk nonsubsidi di kios-kios, khususnya saat musim tanam utama dimana kebutuhan pupuk meningkat.  Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Gusrizal beberapa waktu lalu dalam kesempatan kunjungan kerja di wilayah Indramayu mengatakan pihaknya telah memerintahkan untuk menambah stok pupuk nonsubsidi di kios-kios.

Terutama di daerah yang serapan kebutuhan pupuknya sangat tinggi serta untuk mengakomodir kebutuhan petani yang tidak terdaftar dalam e-RDKK atau kartu tani, kata dia mengutip jppn.com.

Dia mengungkapkan setiap kali musim tanam utama  permintaan pupuk akan semakin tinggi karena itu, ketersediaan pupuk subsidi tidak mampu memenuhi kebutuhan petani.

“Pupuk nonsubsidi dengan kuota yang dapat disesuaikan kebutuhan petani diharapkan menjadi solusi memenuhi kebutuhan pupuk saat musim tanam utama,” ujar dia.

BPS mengungkapkan masih terdapat 5,6 juta petani yang belum tergabung dalam kelompok tani dan tidak terdaftar dalam e-RDKK.

“Permentan Nomor  49 Tahun 2020 menyebutkan pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi petani anggota kelompok tani dan terdaftar dalam e-RDKK, kami hanya bisa melayani mereka. Sedangkan, petani lainnya disediakan pupuk non subsidi ,” katanya. 

Saat ini, stok nasional untuk pupuk non subsidi di lini III atau di gudang kabupaten mencapai 184.594 ton.

“Kami targetkan penyebaran ketersediaan pupuk non subsidi merata. Saat ini stok terbanyak berada di daerah yang memang kebutuhannya sangat  tinggi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan,”  terang Gusrizal. 

Secara keseluruhan,  stok pupuk non subsidi Pupuk Indonesia Group di lini I atau gudang produsen masih sangat memadai. Pemenuhan kebutuhan pupuk ke sektor tanaman pangan menjadi prioritas perusahaan. 

Pupuk non subsidi harganya  lebih tinggi, namun petani bebas memilih karena lebih beragam untuk jenis tanaman dan kondisi lahannya, berbeda dengan pupuk subsidi yang komposisinya seragam.

Contohnya, pupuk NPK Pelangi salah satu produk andalan PT Pupuk Kaltim, teruji mampu meningkatkan produktivitas lahan dan produksi hasil pertanian.

Superintendent Komunikasi Produk Departemen Pelayanan dan Komunikasi Produk (Yankomduk) Pupuk Kaltim Ludvi Widodo, menjelaskan NPK Pelangi sangat cocok untuk semua jenis tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan. Dibuat dengan teknik pencampuran secara fisik (bulk blending) menggunakan bahan baku berkualitas tinggi seperti Urea Granul, Diammonium Phospate (DAP) dan KCL yang merupakan sumber kalium dari serpihan asli (flake) dengan kandungan Kalium Oksida (K2O) sebesar 60%.

Keunggulan NPK Pelangi diantaranya melepaskan unsur hara sesuai karakteristik atau sifat asli bahan baku, karena urea granul merupakan slow release nitrogen fertilizer yang lebih efisien diserap tanaman.

Selain itu, juga memiliki kandungan unsur fosfat yang sangat tinggi, dengan berbagai komposisi unsur hara yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman pertanian sehingga lebih efektif, efisien dan tahan disimpan lebih lama, serta mampu meningkatkan hasil panen.

Contohnya, pupuk NPK Pelangi salah satu produk andalan PT Pupuk Kaltim, teruji mampu meningkatkan produktivitas lahan dan produksi hasil pertanian.

Superintendent Komunikasi Produk Departemen Pelayanan dan Komunikasi Produk (Yankomduk) Pupuk Kaltim Ludvi Widodo, menjelaskan NPK Pelangi sangat cocok untuk semua jenis tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan. Dibuat dengan teknik pencampuran secara fisik (bulk blending) menggunakan bahan baku berkualitas tinggi seperti Urea Granul, Diammonium Phospate (DAP) dan KCL yang merupakan sumber kalium dari serpihan asli (flake) dengan kandungan Kalium Oksida (K2O) sebesar 60%.

Keunggulan NPK Pelangi diantaranya melepaskan unsur hara sesuai karakteristik atau sifat asli bahan baku, karena urea granul merupakan slow release nitrogen fertilizer yang lebih efisien diserap tanaman.

Selain itu, juga memiliki kandungan unsur fosfat yang sangat tinggi, dengan berbagai komposisi unsur hara yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman pertanian sehingga lebih efektif, efisien dan tahan disimpan lebih lama, serta mampu meningkatkan hasil panen.

Topik
Artikel Terbaru