Mau Panen Aman Tahun Ini? Bisa Dong
Memanen beragam tanaman pangan dan hortikultura dengan hasil memuaskan tentu tidak terlepas dari bagaimana cara kita bercocok tanam. Bukan hanya ketepatan waktu tanam yang penting disesuaikan dengan jadwal tiga musim tanaman yaitu musim tanam utama, pancaroba dan musim tanam kemarau tetapi penerapan pupuk yang sesuai juga menjadi kunci keberhasilan dalam menghasilkan komoditi sesuai target.
PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai perusahaan holding memiliki 10 anak perusahaan, di antaranya PT Pupuk Kaltim, PT Pupuk Pusri dan PT Pupuk Kujang telah mengoptimalkan dan mempercepat proses distribusi pupuk bersubsidi, untuk memenuhi kebutuhan petani menjelang musim tanam.
Untuk mendukung program percepatan distribusi pupuk tersebut PT Pupuk Indonesia melibatkan para produsen pupuk yang merupakan anak perusahaan Pupuk Indonesia, untuk mempercepat proses penyaluran pupuk terutama dari lini 2 dan 3 ke lini 4 atau distributor.
Selain itu, PT Pupuk Indonesia juga memasok stok pupuk nonsubsidi di kios-kios resmi sebagai upaya mengantisipasi memenuhi kebutuhan pupuk petani karena terbatasnya persediaan pupuk nonsubsidi dan hanya mereka yang memiliki kartu tani bisa mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Setiap kios harus mempunyai stok pupuk non subsidi jenis urea dan NPK,” kata pejabat Pupuk Indonesia, mengutip liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Amankan Realokasi Pupuk Bersubsidi
Kementerian Pertanian (Kementan) menambah alokasi pupuk bersubsidi tahun 2021 menjadi 9 juta ton plus 1,5 juta liter pupuk organik cair dari alokasi 2020 sekitar 8,9 juta ton.
“Semoga lebih banyak petani yang bisa memperoleh pupuk bersubsidi. Pastinya petani yang berhak mendapatkan pupuk bersubsidi itu petani yang sudah tercatat di e-RDKK sesuai pengajuan yang diterima Kementan dari usulan pemerintah daerah,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, melansir bisnis.com, beberapa waktu lalu.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 49 Tahun 2020, pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani yang telah bergabung dalam kelompok tani yang terdaftar di aplikasi elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK).
Oleh karena itu, Mentan menginstruksikan jajarannya untuk merapikan gerak lini di hilir subsidi pupuk.
“Tahun 2021 ini kita benar-benar awasi terutama lini tiga dan empat atau dari distributor ke agen, di kecamatan dan desa. Kalau bisa jalan di sini, ketersediaan pupuk bersubsidi terpenuhi,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Sarwo Edhy menjelaskan bahwa berdasarkan e-RDKK yang diatur kelompok tani, penerima pupuk bersubsidi adalah petani yang melakukan usaha tani subsektor tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, dan peternakan dengan lahan paling luas dua hektar.
“Implementasi distribusi pupuk bersubsidi menggunakan Kartu Tani akan dilakukan secara bertahap. Namun untuk saat ini, belum semua daerah kita terapkan distribusi pupuk menggunakan Kartu Tani kata Edhy.
Dia menyatakan distribusi pupuk bersubsidi akan dilakukan bertahap hingga Kartu Tani tersebar ke seluruh Indonesia sesuai dengan data penerima pupuk subsidi.
PT Pupuk Kaltim Dorong Kemandirian Petani
Program Kemitraan Pertanian Terpadu (PKPT) menjadi langkah PT Pupuk Kaltim untuk menggerakan sumber daya sektor pertanian, sekaligus mendorong kemandirian petani . Pilot project gagasan ini telah menuai hasil, dengan meningkatnya produktivitas pertanian padi masyarakat Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, dengan total produksi mencapai 35% dari biasanya.
Program PKPT digagas untuk membantu menyelesaikan persoalan klasik yang selama ini dihadapi petani tradisional, karena berbagai alasan dan keterbatasan yang dimiliki. Salah satunya adalah kurangnya modal maupun akses untuk mendapatkan modal kerja karena tidak ada jaringan ke perbankan. Selain itu, kurangnya pengawasan dan kawalan teknologi dalam melakukan budidaya tanaman, mulai dari kegiatan persiapan lahan hingga kegiatan panen.
Petani biasa mengelola lahan dan tanamannya dengan kebiasaan lama yang belum tentu tepat, sehingga hasilnya bisa kurang maksimal.
“Pupuk Kaltim hadir melalui program PKPT ini, bisa juga disebut sebagai “agrisolution”, sebagai sebuah instrumen kebijakan perusahaan untuk menggerakkan sumber daya di sektor pertanian, meningkatkan produktivitas petani dengan hasil maksimal, sekaligus memberi pemahaman kepada petani bahwa bertani itu bagian dari kegiatan bisnis,” ujar Sekretaris Program PKPT Hilmi Syarif, dalam siaran pers Pupuk Kaltim.
Diungkapkan Hilmi, program PKPT menjadi jawaban seluruh persoalan yang dihadapi petani mulai masa penyiapan lahan, menyiapkan bibit tanaman, hingga pasca panen. Seluruhnya dipetakan sejak awal untuk dicarikan solusi. Program ini berbeda dengan Demonstration Plot (Demplot) yang kerap dilaksanakan Pupuk Kaltim, karena bersifat kerjasama yang melibatkan stakeholders dari berbagai pihak, terdiri dari Pupuk Kaltim sendiri sebagai inisiator, distributor resmi Pupuk Kaltim, perbankan, Pemerintah Daerah, hingga offtaker sebagai jaminan pembelian hasil produksi pertanian untuk jangka panjang.
“Kalau demplot murni dilaksanakan mandiri oleh Pupuk Kaltim tanpa menggandeng pihak lain, tapi kalau program ini melibatkan banyak pihak,” kata Hilmi.
Keterbatasan petani dalam meningkatkan hasil pertanian disebabkan berbagai faktor, seperti kurangnya modal untuk pembelian pupuk, hingga terbatasnya pengetahuan tentang pengelolaan serta pengolahan lahan secara optimal. Maka dengan program ini, Pupuk Kaltim memfasilitasi petani dengan sejumlah pihak yang terlibat, guna mendukung masa tanam yang dilaksanakan.
Dicontohkan Hilmi, untuk pembiayaan pengadaan pupuk mulai awal musim tanam, Pupuk Kaltim memberikan solusi dengan menghubungkan petani kepada distributor untuk kepastian pasokan, dengan perjanjian pembayaran saat panen dan bisa diakses dengan cepat. Selain itu, petani juga dihubungkan dengan perbankan atau sumber pendanaan lainnya untuk kemudahan permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dibayar saat panen.
Begitu pula untuk pendampingan, Pupuk Kaltim terlibat mulai dari persiapan lahan melalui analisa tanah, pengolahan dan pemupukan berimbang, dilanjutkan pendampingan pemilihan bibit tanaman hingga proses panen, didukung Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Pemerintah Daerah untuk aplikasi teknologi pertanian.
Begitu pula perjanjian pembelian oleh offtaker, hasil produksi akan dihargai lebih tinggi melalui skema harga pasar ditambah nilai faktor. Artinya, penjualan gabah akan dibeli berdasarkan harga pasar saat panen ditambah hasil kesepakatan antara petani dengan offtaker, sehingga penjualan hasil panen bisa lebih tinggi dari sebelumnya, karena padi yang dihasilkan jauh lebih baik.
Bahkan offtaker pun kata Hilmi, mengakui jika hasil panen perdana program yang dikerjakan di Kabupaten Jember ini jauh lebih baik, sehingga berani membeli dengan harga lebih tinggi. Dari sebelumnya panen gabah kering panen hanya dihargai Rp4.600 – Rp4.700 per kg, kini mencapai harga pada kisaran Rp4.900- Rp5.000 per kg.
“Jadi kita tidak hanya mengajarkan petani cara menanam dan memupuk secara benar, tapi juga berorientasi pada bisnis dengan hasil maksimal, sehingga tidak diakali tengkulak, karena harga lebih bagus dan sudah disepakati di awal,” terang Hilmi.
Program percontohan di Kecamatan Rambipuji di atas lahan 2 hektar dengan total produksi 10,7 ton atau naik 3,7 ton dari sebelumnya 7 ton, program PKPT tahap dua rencananya masih dilaksanakan Pupuk Kaltim di Kabupaten Jember telah berhasil.
Kini, lebih dari 100 petani dari berbagai Kecamatan yang tergabung dalam kelompok tani mendaftarkan diri menjadi peserta program PKPT.
“Kami menyiapkan program ini dilaksanakan di seluruh wilayah distribusi Pupuk Kaltim, sehingga petani lebih produktif dalam mendukung ketahanan pangan. Pendaftaran dibuka melalui kantor perwakilan Pupuk Kaltim atau melalui distributor Pupuk Kaltim di setiap daerah,” terang Hilmi.
Syaratnya mudah, bersedia bekerja keras menggarap lahan, gunakan bibit yang bagus, gunakan pupuk non subsidi, seperti NPK Pelangi dan Urea Granul dan ikuti arahan PPL,” tegas Hilmi.(*)