Mengenal Pertanian Vertikal : Solusi Modern untuk Ketahanan Pangan
Pertanian vertikal atau yang biasa disebut Vertical Farming adalah teknik bercocok tanam dengan menggunakan dan mengoptimalkan ruang dengan menanam tanaman dalam lapisan secara vertikal. Pertanian vertikal pertama kali dikenalkan pada tahun 1999 oleh Dr. Dickson Despommier seorang profesor mikrobiologi di Universitas Columbia. Vertical farming sendiri diciptakan oleh ahli geologi Amerika bernama Gilbert Ellis Bailey pada tahun 1915 melalui bukunya yang berjudul “Vertical Farming”. Pertanian vertikal muncul sebagai tanggapan atas urbanisasi yang tinggi dan semakin sedikitnya lahan pertanian konvensional. Pertanian vertikal memiliki konsep yang sangat berbeda dari pertanian konvensional terutama dalam cara tanam dan pemanfaatan ruang.
Pertanian vertikal memiliki konsep pertanian dengan menanam secara vertikal yaitu tanaman ditanam secara vertikal dalam wadah atau struktur bertingkat. Pertanian vertikal juga menggunakan konsep tumpang sari atau polikultur dimana berbagai jenis tanaman ditanam secara bersamaan dalam satu sistem. Tanaman akan saling melengkapi dan membantu satu sama lain serta dapat tumbuh dengan lebih baik dan mengurangi resiko terkena penyakit dan hama. Pertanian vertikal memungkinkan untuk menggunakan ruang secara efisien dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Saat ini pertanian vertikal menjadi semakin berkembang dan mulai diterapkan terutama oleh masyarakat urban. Pertanian vertikal saat ini digadang- gadang bisa menjadi salah satu solusi dari permasalahan yang akan terjadi kedepannya dalam bertani. Permasalahan tersebut adalah kebutuhan pangan dari hasil sektor pertanian karena semakin sedikitnya lahan pertanian dan semakin banyaknya populasi manusia di dunia. Perkembangan pertanian vertikal sendiri di Indonesia belum sepesat di berbagai negara besar seperti Belanda, Inggris, China, Korea Selatan, Jepang, Italia, Singapura dan lainnya. Istilah vertical farming belum terlalu dikenal oleh para petani Indonesia, petani Indonesia lebih mengenal konsep menanam secara bertingkat ini dengan istilah indoor farming.
Vertical farming di Indonesia saat ini hanya banyak dilakukan oleh masyarakat perkotaan sebagai salah satu hobi. Kurangnya edukasi terhadap manfaat dari pertanian vertikal yang menjadikan para petani belum melirik sistem ini. Pertanian vertikal memaksimalkan pemanfaatan ruang, terutama di daerah yang memiliki sedikit lahan tanam seperti perkotaan. Dalam pertanian vertikal bisa menggunakan dinding, tiang atau struktur bertingkat dalam menampung tanaman. Pertanian vertikal juga membutuhkan berbagai teknologi canggih untuk mendukung pertumbuhan tanaman seperti sensor kelembaban tanah, cahaya buatan, dan sistem irigasi cerdas sehingga dapat memantau kondisi pertumbuhan tanaman dengan tepat.
Keuntungan dan Manfaat Pertanian Vertikal
Pertanian Vertikal memiliki berbagai keuntungan dan manfaat bila diterapkan dengan baik oleh para petani. Berikut beberapa keuntungan dan manfaat dari pertanian vertikal :
- Peningkatan Produktivitas
Pertanian vertikal dikenal lebih dapat meningkatkan produktivitas dibandingkan dengan pertanian konvensional seperti dalam segi pemanfaatan ruang secara efisien, dimana lahan kecil bisa digunakan untuk menanam lebih banyak tanaman dibandingkan pertanian konvensional. Pertanian vertikal bisa menggunakan atap gedung atau bangunan dan dapat digunakan di daerah perkotaan. Pertanian vertikal juga bisa menanggulangi tantangan kekurangan lahan pada masa depan.
- Penggunaan Air dan Pupuk yang Lebih Efisien
Pertanian vertikal biasanya menggunakan sistem pertanian hidroponik ataupun aeroponik yang mana penggunaan air dalam sistem pertanian ini lebih sedikit daripada pertanian konvensional. Hal ini membantu dalam mengurangi penggunaan air serta keberlanjutan lingkungan. Dalam penggunaan pupuk juga demikian, karena pada sistem pertanian vertikal nutrisi yang diberikan langsung kepada akar tanaman sehingga akan mengurangi pemborosan dalam penggunaan pupuk.
- Mendukung Ketahanan Pangan
Hasil dari pertanian vertikal bisa membantu dalam mempertahankan ketahanan pangan, karena tanaman bisa tumbuh dimana saja termasuk di kota- kota besar, sehingga akan mengurangi ketergantungan pada produk impor dan memastikan ketersediaan makanan bagi populasi yang juga semakin bertambah. Tani muda bisa langsung menikmati sayuran segar dari rumah.
- Mengurangi Dampak Perubahan Iklim
Pertanian vertikal terkesan lebih tahan terhadap perubahan iklim seperti hujan lebat, musim kemarau, banjir ataupun dampak lainnya dari perubahan iklim. Tidak hanya tahan terhadap perubahan iklim, pertanian vertikal juga berperan dalam mengurangi dampak tersebut karena dengan adanya tanaman- tanaman di daerah perkotaan akan meningkatkan daerah hijau sehingga dapat membantu menyerap karbondioksida dan mengurangi polusi udara.
- Ramah Lingkungan
Pertanian vertikal dapat membantu menurunkan tingkat polusi udara, dan membantu dalam penghematan air dan pupuk yang mana dapat membantu mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Tantangan Pertanian Vertikal
Meski memiliki banyak manfaat dan keuntungan, untuk memulai pertanian vertikal juga terdapat tantangannya. Untuk memulai pertanian vertikal membutuhkan biaya awal yang tinggi karena membutuhkan investasi dalam infrastruktur, teknologi, dan penelitian bagi para petani. Selanjutnya adalah pengaturan sumber daya yang rumit, hal ini karena pertanian vertikal membutuhkan teknologi yang canggih, sehingga perlu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam untuk mengelolanya. Tantangan berikutnya adalah jenis tanaman yang terbatas. Tidak semua jenis tanaman cocok untuk ditanam dengan pertanian vertikal.
Pertanian Vertikal Sukses
Pertanian vertikal di Indonesia memang belum berkembang pesat seperti negara maju lainnya. Tetapi ada beberapa petani milenial yang berhasil menerapkan pertanian vertikal dan sukses dalam menjalankannya. Salah satunya adalah Muhammad Iqbal petani muda asal Depok, Jawa Barat yang berhasil melakukan pertanian vertikal tanpa bantuan sinar matahari.muhammad Iqbal menggunakan lampu grow light sebagai pengganti sinar matahari karena ia melakukan penanaman di dalam gedung. Iqbal melakukan pertanian vertikal karena menurutnya saat ini sulit untuk mendapatkan lahan, karena adanya berbagai pembangunan. Menurutnya dengan pertanian vertikal tidak membutuhkan lahan yang besar untuk bertani dan produksi pertanian juga dapat meningkat.
Iqbal mengaku bahwa ia terinspirasi dari pertanian luar negeri dimana mereka bisa bercocok tanam meski di belakang gedung. Menurut Iqbal dalam melakukan pertanian vertikal ia mendapatkan berbagai keuntungan seperti ia mudah memantau langsung tanamannya. Hasil pertanian juga lebih sehat karena tidak mudah terkena hama dan penyakit. Pertanian vertikal juga tidak terpengaruh oleh cuaca sehingga untuk perawatannya dapat dipantau dengan lebih baik seperti suhu, sirkulasi, hingga cahaya dari lampu grow light. Saat ini Iqbal menjual hasil panennya di marketplace dengan berbagai jenis tanaman seperti letus, romaine, selada keriting, pakcoy, hingga basil. Iqbal menggunakan sistem hidroponik untuk pertanian vertikalnya.
Ketahanan Pangan Mandiri
Pertanian vertikal menjadi salah satu solusi untuk ketahanan pangan mandiri di masa depan. Kedepannya populasi diperkirakan akan terus bertambah, sehingga lahan- lahan pertanian juga akan berkurang karena pembangunan infrastruktur. Oleh sebab itu pertanian vertikal memiliki peran yang sangat penting. Dengan adanya pertanian vertikal yang bisa dilakukan oleh masyarakat dari memanfaatkan ruang di rumah, bisa menjaga ketahanan pangan mandiri. Dimana masyarakat bisa memproduksi dan memanen untuk kebutuhan sehari- hari sehingga tidak akan bergantung pada sayuran impor ataupun pasaran.
Pemanfaatan teknologi dan metode yang lebih modern dari pertanian vertikal akan meningkatkan produksi pangan secara signifikan tanpa harus mengorbankan lahan yang semakin berkurang. Keberlanjutan dan ketahanan pangan akan sangat bergantung pada keberhasilan pengembangan pertanian vertikal. (Fitri)