Mengenal Self Watering Pot dan Manfaatnya untuk Tanaman di Rumah
self watering pot
(Istimewa)Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Self Watering System berarti pot yang dapat mengairi sendiri. Pot ini memanfaatkan prinsip kapilaritas untuk menjaga kondisi media tanam agar selalu lembab. Menggunakan “Self Watering System” adalah salah satu cara berkebun yang menyenangkan, hemat air dan mudah karena tidak perlu menyirami tanaman setiap hari, cukup 3-4 hari sekali mengisi bagian penampung airnya.
Self Watering System merupakan suatu sistem yang berkebun di suatu wadah atau tempat yang dibuat supaya tanaman bisa di mengairi tanaman di dalamnya secara otomatis (oleh wadah itu sendiri). Dibuat semacam penampung air yang disimpan di dalam pot, dan air ini dipergunakan untuk mengairi tanaman, sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
Self Watering System dibuat sedemikian rupa agar air tidak menggenangi tanaman yang akhirnya akan membuat tanaman menjadi busuk atau over watering. Metode ini memaksimalkan prinsip kapilaritas atau menyerap zat cair menggunakan sebuah media untuk menjaga media tanamnya tetap dalam kondisi lembab. Cara ini bisa dijadikan alternatif berkebun karena cukup sederhana dan sanggup menghemat air. Selain itu, Self Watering System tak membutuhkan peralatan mahal.
Cara Membuat Self Watering Pot
Untuk membuat Self Watering System, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan bekas yang ada di sekitar kita. Misalnya saja botol mineral bekas, kaleng cat plastik, botol minyak bekas, wadah bumbu ataupun bahan plastik lainnya.
Cara ini sangat ramah lingkungan karena kita menggunakan kembali botol bekas atau bahan bekas yang biasanya terbuang percuma. Alat dan bahan yang dibutuhkan hanya botol plastik bekas air mineral atau soda, gunting untuk memotong botol, solder untuk melubangi botol dan kain flanel atau sumbu kain pel yang berfungsi untuk mengalirkan air ke media tanam dengan memanfaatkan kapilaritas kain.
Pot ini cocok untuk tanaman sayuran terutama sayuran daun seperti sawi, pakchoy, selada, kangkung dan lain-lain. Selain itu juga dapat digunakan untuk tanaman hias dan buah. Melalui program tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat ibu-ibu untuk membudidayakan tanaman di pekarangan rumah untuk menambah nilai estetikanya.
Penanaman sayuran dengan Self Watering System dapat memberikan banyak manfaat seperti menghalau stress, meningkatkan daya tahan tubuh, memelihara kesehatan otak, dan sebagai media olahraga. Bahkan, jika penanaman dilakukan dalam skala besar, tentunya akan menjadi peluang usaha bagi ibu-ibu untuk menambah pendapatan.
Tim Peneliti Fakultas Teknik Industri Pertanian Universitas Padjadjaran mengembangkan teknologi yang dinamakan Smart Watering ini. Dosen FTIP Unpad Dr. Sophia Dwiratna Nur Perwitasari, S.TP., MT. mengatakan bahwa Smart Watering ini mengadopsi teknologi dari luar negeri, kemudian dimodifikasi sesuai ketersediaan barang yang ada di lokal sehingga teknologi Self Watering System seperti ini merupakan yang pertama ada di Indonesia. Selain di Indonesia, teknologi ini sudah ada di Inggris dan Australia yang tentu memiliki harga relatif mahal. Karena itu, jika pihak dalam negeri memproduksinya dengan prinsip yang serupa maka diharapkan akan dapat lebih terjangkau oleh masyarakat luas.
Dengan adanya Smart Watering ini diharapkan dapat lebih menarik minat generasi milenial untuk menjadi petani. Biasanya yang membuat banyak orang enggan menjadi petani karena bidang pertanian konvensional identik dengan kotor, ribet, dan sebagainya. Karena itu, Smart Watering menawarkan segala kemudahan-kemudahan dan tentunya memiliki manfaat lain seperti meringankan pekerjaan, produktivitas tanaman lebih cepat, kualitas yang lebih unggul, dan memiliki rasa yang lezat.
Meski tidak mempermasalahkan sistem pengairan tapi kesuksesan berkebun sistem ini dipengaruhi oleh pemupukan. Sebagaimana diketahui sayuran membutuhkan pupuk anorganik seperti NPK maupun anorganik. PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) yang merupakan salah satu produsen pupuk terbaik saat ini menyediakan pupuk NPK yang cocok untuk penanaman dengan Self Watering System.
Pupuk Kaltim memiliki 2 (dua) pabrik NPK dengan 2 (dua) teknologi pengolahan. Pabrik NPK Blending memiliki kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun. Sementara itu, pabrik NPK Fusion berkapasitas 200.000 ton per tahun, sehingga total kapasitas produksi NPK sebesar 350.000 ton. Pupuk NPK non subsidi dipasarkan dengan merek dagang NPK Pelangi. Pada akhir 2020, kemasan NPK Pelangi mengalami perubahan dari segi visual, sesuai dengan gambar karung di samping, dan mempunyai variasi kemasan 2 kg, 5 kg, 10 kg, 20 kg dan 50 kg.
NPK Pelangi sendiri terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu NPK Blending dan NPK Fusion. NPK Pelangi jenis blending diproduksi dengan proses mechanical blending, dan berasal dari bahan baku berkualitas tinggi, yaitu urea granul, DAP (Diammonium Phospate) dan KCL Flake, serta filler berupa Mg dan Ca sehingga butirannya berwarna warni. Sedangkan NPK Pelangi jenis Fusion diproduksi melalui proses steam granulation sehingga memiliki butiran pupuk homogen yang mengandung unsur N, P dan K dalam satu butirannya.
Keunggulan NPK Pelangi adalah dapat diformulasikan dengan sangat fleksibel sesuai kebutuhan pelanggan, serta terbukti dapat meningkatkan hasil panen. PKT juga sedang mengembangkan pupuk organik dengan merek dagang Zeorganik. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang terus menghimbau penggunaan pupuk organik.
Penulis: Tyo