Free cookie consent management tool by TermsFeedMenjaga Ketahanan Pangan Lewat Film Horor - Demfarm
logo-demfarm

Menjaga Ketahanan Pangan Lewat Film Horor

·
<p>rekomendasi film untuk yang suka berkebun</p>

rekomendasi film untuk yang suka berkebun

(Istimewa)

Desa Mekarjaya, Kecamatan Kiarapedes Purwakarta adalah satu daerah yang  masih mempertahankan tradisi dan budaya nenek moyang untuk kehidupan bermasyarakatnya. Tradisi bertani adalah salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini. Desa Mekarjaya masih menggunakan tradisi dan budaya bertani dengan cara tradisional, yaitu menggiling padi dengan cara ditumbuk. Masyarakat desa Mekarjaya juga menerapkan sistem menabung di Leuit (tempat penyimpanan padi tradisional) sebagai salah satu langkah ketahanan pangan masyarakat. 

Tradisi dan budaya yang masih dijalankan oleh desa Mekarjaya ini menarik perhatian Balai Pelestari Nilai Budaya (BPNB) untuk mendokumentasikannya. BNPB menggandeng production house (PH) untuk mendokumentasikan tradisi dan budaya ini dalam sebuah film. Berkonsep sebuah film pendek atau sinetron dengan genre horor komedi.

Produser PH Suhita Zenza Sinema, Adi Basuki menuturkan, pihaknya sengaja membuat dokumentari kebudayaan ini dengan kemasan berbeda. Menurutnya, dengan dikemas menjadi sebuah sinetron atau film pendek seperti ini bisa dinikmati berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak.

Film ini berjudul “Hambur” yaitu bahasa sunda yang berarti boros. Film in berdurasi 24 menit yang berkisah tentang kehidupan masyarakat yang memegang teguh tradisi dan budaya nenek moyang. Pesan dari judul film ini adalah agar masyarakat dapat menghargai perjuangan dan usaha tani dalam para petani dalam menanam, panen hingga memproses padi menjadi beras.

Oleh sebab itu diharapkan masyarakat tidak suka membuang- buang beras atau nasi.selain bercerita tentang proses selama bertani, film ini juga menceritakan tradisi lainnya yaitu cara menyimpan atau menabung padi di tempat penyimpanan yang bernama Leuit. Terdapat satu adegan dimana muncul sosok makhluk misterius yang mendatangi anak- anak ketika ingin bermain dengan gabah di leuit. 

BNPB dan pihak PH berharap dengan adanya film ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat lebih mencintai tradisi dan kebudayaan. Terlebih adalah harapan bahwa tidak akan ada lagi terjadi kebiasan “hambur” atau membuang- buang beras dan nasi.

Menabung di Leuit

Bagi para petani mereka melakukan kegiatan menabung bukanlah di bank seperti yang biasa orang- orang lakukan. Petani menabung di suatu tempat yang bernama Leuit. Leuit adalah lumbung atau bagunan yang digunakan untuk menyimpan padi. Daerah yang masih menggunakan Leuit adalah Sunda dan Baduy. Leuit dibangun dari balok- balok kayu dan dilapisi oleh anyaman bambu. Kapasitas penyimpanan padi di Leuit bisa mencapai 3 ton yang mana dapat menyimpan padi dengan jangka waktu 20 tahun. 

Penyimpanan di Leuit berfungsi untuk dapat menjaga ketahanan pangan masyarakat. Ketika menyimpang padi di Leuit akan membantu petani untuk dapat menyimpan padi lebih lama, sehingga dapat digunakan ketika gagal panen atau paceklik. Berdasarkan kepercayaan dan tradisi setempat, leuit yang baru diisi padi akan dibiarkan terbuka selama 3-7 hari terlebih dahulu, dan ada hari-hari tertentu dalam satu minggu yang dianggap baik untuk mengambil atau menyimpan padi.

Setiap leuit pada umumnya dapat menampung 1.000 ikat padi, atau 2.5-3 ton.Di luar dari penyimpanan pribadi, terdapat juga leuit-leuit bersama dimana penduduk diharuskan menghibahkan sebagian hasil panen ke leuit tersebut, untuk digunakan dalam upacara adat atau untuk warga yang berkekurangan. Di Sukabumi, leuit-leuit seperti ini dikenal sebagai leuit si jimat.

Tradisi dan budaya ini sangat membantu masyarakat untuk dapat menjaga ketahanan pangan di daerah tersebut. Karena memiliki tempat penyimpanan padi atau gabah yang berfungsi untuk menjaga ketahanan padi atau gabah. Sehingga masyarakat akan dapat menggunakan padi sesuai kebutuhan, dan sisanya akan dapat disimpan di leuit.

Penggunaan padi hanya pada saat dibutuhkan akan membantu masyarakat memiliki pola hidup hemat. Pola hidup seperti ini akan membantu masyarakat dalam keadaan tak menentu di waktu yang akan datang. Karena memiliki persediaan sebagai cadangan untuk bertahan ketika terjadi hal- hal tidak diinginkan.(Demfarm/Fitri)

Topik
Artikel Terbaru