Perjalanan Heru Penuhi Pangan Padi dari Banyuwangi
Pangan Padi
(Istimewa)Jakarta – Pekerjaan sebagai petani kerap dipandang sebelah mata. Selain kotor, stigma petani tidak bisa mencukupi kebutuhan sering menjadi alasan bagi banyak orang untuk memilih pekerjaan kantoran yang dinilai lebih menjanjikan.
Namun Heru Rusiyanto, petani asal Desa Gladak, Kecamatan Rogo Jampe, Banyuwangi, Jawa Timur punya pandangan lain. Lulusan jurusan Teknil Elektro dari School of Business ini justru menggeluti pertanian sejak tahun 2000, meskipun pekerjaan ini tidak ‘nyambung’ dengan kuliahnya. Bagi Heru, pertanian memang bukan hal baru. Sejak kecil, ia sudah sering bermain di sawah.
“Saya memang suka dengan pertanian karena sejak kecil sudah dikenalkan oleh ayah saya dengan dunia ini. Bahkan saat kuliah di jurusan Teknik Elektro, saya sering refreshing di sawah ketika bosan kuliah,” ungkap Heru.
Begitu lulus kuliah, Heru sempat bekerja di sebuah bengkel variasi mobil selama 6 bulan. Namun ternyata, pekerjaan tersebut tidak cocok dengan passionnya. Heru pun memutuskan untuk pulang kampung untuk membuka jasa servis elektronik sekaligus bertani.
Sejak saat itu, Heru mulai bercocok tanam hortikultura. Bahkan, ia juga ditunjuk sebagai pengurus kelompok tani di Banyuwangi. Sejak saat itu, Heru tahu betul cara-cara bertani yang baik.
“Saya fokus mempelajari teknik budidaya padi dari dasar sampai menjadi salah satu petani yang menjadi rujukan. Saya juga sering diminta untuk membuatkan analisa dan selalu mencatat mana yang berhasil, karena dari dulu saya memang suka melakukan eksperimen,” imbuhnya.
Saat ini, kata Heru, di desanya ada lebih dari 100 petani. Namun dari sekian banyak petani yang ada di desanya, Sebagian besar adalah orang tua. Heru mengajak anak-anak muda untuk menjadi petani.
Tantangan Menjadi Petani Padi
Heru kini menjalani pekerjaannya dengan menjadi petani padi. Menurutnya, menanam padi merupakan usaha yang mudah dipelajari. Bahkan dengan belajar sekali atau dua kali musim, orang langsung bisa membudidayakan tanaman padi.
Kendala dalam menanam padi, tutur Heru, adalah hama. Namun hama tersebut dari dulu sampai sekarang tetap sama dan bisa ditanggulangi.
Untuk meraih kesuksesan sebagai petani, lanjut Heru, adalah dengan serius menekuni pekerjaan ini. Selain itu, para petani ini juga harus serius dalam menangani hama.
Banyak terdapat jenis hama, tetap yang biasa menyerang tanaman padi adalah wereng. Wereng merupakan musuh utama para petani. Pasalnya, wereng mampu menggagalkan panen dalam semalam dan menyerangnya sepanjang musim tanam padi.
“Sebagian petani menganggap dirinya gagal. Padahal, mereka tidak pernah mengamati, jadi terjatuh di lubang yang sama. Kebanyakan petani kita saat ini hanya mengambil pestisida dari pupuk,” tutur Heru.
Untuk menangkal serangan hama pada tanaman padi, bisa digunakan pestisida. Hanya saja, pemakaian pestisida akan menghabiskan banyak biaya. Selain itu, tanaman padi juga akan rusak.
Nah, sebenarnya ada cara efektif, yaitu dengan menggunakan agen hayati ramah lingkungan yang dapat dicampur dengan pestisida. Agen Hayati adalah musuh alami mikroorganisme yang bisa dikembangkan dan di laboratorium-laboratorium pertanian sudah ada benihnya.
“Dengan pelatihan, juga dari dinas pertanian kami mengembangkan itu sehingga costnya lebih murah dan lebih mengena ke hama. Jika disemprotkan, agen hayati mampu menjaga tanaman kita sepanjang musim tanam dari wereng,” terang Heru.
Selain mengatasi persoalan hama, untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, penyiraman juga harus dilakukan dengan benar. Dalam satu minggu, cukup disiram sekali atau dua kali. Sementara saat padi terkena hujan, air yang menggenangi sawah harus segera dikuras.
Lalu, apa ciri-ciri tanaman padi siap panen? Nah, ciri-ciri padi siap panen adalah bulirnya sudah masak dan menguning hingga 90 pesen. Kalau semua buah padi sudah tampak menguning atau pangkalnya sudah menguning dan keras, berarti padi siap dipanen,” lanjutnya.
Rekomendasi pupuk
Pemupukan menjadi hal yang sangat penting dalam menanam padi. Karena itu, jangan sampai salah memilih pupuk agar hasil panen nantinya bisa melimpah.
Salah satu pupuk yang direkomendasikan untuk budidaya tanaman padi adalah NPK Pelangi yang diproduksi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). NPK Pelangi terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu NPK Blending dan NPK Fusion. NPK Pelangi jenis blending diproduksi dengan proses mechanical blending, dan berasal dari bahan baku berkualitas tinggi, yaitu urea granul, DAP (Diammonium Phospate) dan KCL Flake, serta filler berupa Mg dan Ca sehingga butirannya berwarna warni.
Sedangkan NPK Pelangi jenis Fusion diproduksi melalui proses steam granulation sehingga memiliki butiran pupuk homogen yang mengandung unsur N, P dan K dalam satu butirannya. Keunggulan NPK Pelangi adalah dapat diformulasikan dengan sangat fleksibel sesuai kebutuhan pelanggan, serta terbukti dapat meningkatkan hasil panen.
Pupuk NPK Pelangi ini bisa dicampur dengan urea dengan perbandingan 3:2. Dari hasil uji coba menggunakan NPK Pelangi, 1 hektar sawah hanya membutuhkan 4 kuintal pupuk. Padahal biasanya mencapai 5 kuintal.
Tak hanya menjadi penghasil pupuk berkualitas, PKT juga mendukung permodalan melalui KUR Tani serta pendampingan petani melalui program Agro Solution. Program ini sangat membantu petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Heru berharap para petani Indonesia segera ‘terbangun’ karena sebelumnya dibuai oleh kehidupan yang enak. “Mari kita menjadikan pertanian dengan lebih baik, sehingga petaninya lebih sejahtera, tanahnya lebih subur lagi, dan itu bisa kita lakukan ketika kita meninggalkan pestisida kimia,” pungkasnya. (Tyo)