Free cookie consent management tool by TermsFeedRahasia Petani Milenial Asal Luwu Timur yang Sukses Bertani Kakao - Demfarm
logo-demfarm

Rahasia Petani Milenial Asal Luwu Timur yang Sukses Bertani Kakao

·
<p>cara budidaya kakao</p>

cara budidaya kakao

(Istimewa)

Anda penggemar coklat? Tapi tahukah Anda jika bahan dasar untuk membuat coklat adalah biji kakao? Biji kakao ini merupakan biji dari pohon kakao (Theobroma cacao). Pohon kakao tumbuh di kondisi iklim tropis yang panas, umumnya di rentang lintang 20 derajat dari khatulistiwa.

Negara seperti Swiss, Belgia, dan Perancis mungkin terkenal dengan produksi cokelat mereka. Namun, biji kakao tidak diproduksi di negara-negara tersebut. Negara-negara penghasil cokelat terbanyak di dunia banyak yang ternyata berasal dari benua Asia, Afrika, dan juga Amerika.

International Cocoa Organization (ICCO) melaporkan bahwa volume produksi kakao dunia diperkirakan menyentuh rekor tertinggi sebesar 5.141 juta ton pada 2021 lalu. Dari jumlah tersebut, skitar 70 persen dari seluruh biji kakao berasal dari empat negara di benua Afrika, sedangkan Indonesia menyumbang sebesar 4 persen.

Indonesia sebenarnya relatif baru terlibat dalam industri kakao. Kakao baru dibudidayakan di Indonesia pada 1980-an. Bahkan, Indonesia merupakan satu-satunya negara penghasil kakao di benua Asia. 

Sebanyak 90 persen dari perkebunan kakao di Indonesia dikelola oleh petani skala kecil, dengan luas lahan sebesar 0,5 hingga 1 hektare. Sekitar 75% produksi kakao nasional berasal dari pulau Sulawesi. 

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2021 Indonesia memproduksi kakao seberat 706.500 ton, turun sekitar 0,97% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan produksi juga sudah terjadi tiga kali berturut-turut sejak 2019.

Dalam satu dekade terakhir, pencapaian produksi kakao terbesar Indonesia tercatat pada 2018, yakni mencapai 767.400 ton. Sedangkan produksi kakao terendah tercatat pada 2017 yang hanya 585.200 ton.

Provinsi penghasil kakao terbesar pada 2021 adalah Sulawesi Tengah, yakni mencapai 130.600 ton. Diikuti oleh Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat dengan produksi kakao masing-masing 114.800 ton dan 107.700 ton.

Festival UMKM PKT

Berbagai produk olahan kakao seperti bubuk cokelat, pasta, nips, cokelat batang, minuman cokelat, dan lainnya ditampilkan dalam Festival UMKM yang digelar PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menyelenggarakan Festival UMKM di Lapangan Sepak Bola Pallaga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. 

Pengurus Koperasi Cahaya Sehati Luwu Timur Asrul mengatakan, produk-produk tersebut merupakan hasil tanaman kakao dari petani di Luwu Timur. Meskipun belum semua hasil kakao diolah, lanjut Asrul, dirinya mengajak agar petani terlibat dalam upaya pemberian nilai tambah bagi produk kakao ini.

“Petani melakukan fermentasi sendiri lalu kami fasilitasi pemasarannya sehingga ada nilai tambah dari petani. Pengolahan itu mulai dari pascapanen hingga pengolahan,” katanya.

Selain itu, Asrul juga melibatkan banyak petani milenial asal Luwu Timur yang dianggap lebih paham terhadap teknologi baru. Hasilnya para petani kakao sukses panen sampai 1 ton kakao hingga dua kali dalam setahun. Ia juga bersyukur dampak bagi pendapatan petani naik sehingga profesi petani tetap diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan bertani.

“Kita juga harap teman-teman petani bukan hanya paham hulu tetapi bisa melakukan produksi sendiri dari tingkat petani maupun organisasi petani. Termasuk harus ada peranan pemerintah dalam memfasilitasi keberadaan pupuk,” harapnya.

Pupuk menjadi hal yang penting bagi produksi kakao. Petani Luwu Timur, imbuh Asrul, berhasil menaikkan hasil panen dari 800 kilogram per hektare menjadi 1 ton per hektare setelah menggunakan Pupuk NPK Pelangi. 

“Saya mengajak para petani di Desa Pallangga dan di Sulsel untuk menggunakan pupuk yang diproduksi PKT. Ada peningkatan produksi ketika menggunakan NPK Pelangi. Buah yang diperoleh per pohon juga lebih baik,” katanya. 

Staf Pelaporan Pupuk Indonesia Hidayat Syam mengatakan Festival UMKM yang digagas PKT bertujuan memperkenalkan produk PKT ke masyarakat. Hal tersebut, terang Hidayat, sekaligus untuk memberikan bukti bahwa PKT ikut mendukung sektor pertanian, khususnya di Sulawesi Selatan. 

“Selain menghadirkan produk unggulan binaan UMKM PKT dari Bontang, beragam produk PKT ikut ditampilkan di booth PKT mulai dari pupuk kimia hingga pupuk hayati. Produk pupuk kimia di antaranya seperti Urea baik granul maupun prill dan Pupuk NPK Pelangi. Sementara itu, produk pupuk hayati meliputi Ecofert, Biotara dan Biodex,” tandasnya.

Hidayat menambahkan pupuk hayati yang diproduksi PKT memiliki mikroorganisme unggulan yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Contohnya Ecofert, yang mengandung bahan aktif Aspergillus niger, Pseudomonas mendocina, Bacillus subtilis dan Bacollus flexus sehingga dapat meningkatkan unsur hara, meningkatkan penyerapan unsur hara tanah bagi tanaman hingga efisiensi pemupukan.

Adapun, untuk produk Biotara cocok untuk tanah masam di lahan rawa karena dapat mendekomposisi sisa bahan organik. “Produk PKT memiliki beragam pilihan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani,” katanya.

Karena itu, Hidayat mendorong petani yang hadir di Festival UMKM itu untuk menggunakan produk PKT agar hasil panennya semakin meningkat. “Kami sudah buatkan list juga agar para petani membuat list kelompok tani mereka dan setelah ini mereka siap dikunjungi dan diberikan edukasi. Di antaranya seperti bagaimana upaya penggunaan pupuk yang baik dan efektif,” pungkasnya. (Tyo)

0
Artikel Terbaru