Free cookie consent management tool by TermsFeedPeran Mangrove Dalam Menjaga Ekosistem Laut - Demfarm
logo-demfarm

Peran Mangrove Dalam Menjaga Ekosistem Laut

·

HUTAN mangrove merupakan ekosistem yang ditemukan di pesisir pantai. Fungsi dan manfaat hutan ini sangat beragam. Sayangnya luas area hutan ini semakin berkurang, sehingga perlu upaya pelestarian.

Berdasarkan penjelasan di jurnal Oseana Vol. XXVI No. 4, kata mangrove berasal dari perpaduan Bahasa Portugis “mangue” dan Bahasa Inggris “grove”. Dua kata ini digunakan untuk mendeskripsikan komunitas pohon-pohon atau rumput-rumput yang tumbuh di pesisir, atau berkaitan dengan tumbuhan lainnya di tempat yang sama

Dari Peta Mangrove Nasional yang resmi dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, diketahui bahwa total luas mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha. Dari 3.364.076 Ha mangrove Indonesia terdapat 3 (tiga) klasifikasi kategori kondisi mangrove sesuai dengan persentase tutupan tajuk, yaitu mangrove lebat, mangrove sedang, dan mangrove jarang. Merujuk pada SNI 7717-2020, kondisi mangrove lebat adalah mangrove dengan tutupan tajuk > 70%, mangrove sedang dengan tutupan tajuk 30-70%, mangrove jarang dengan tutupan tajuk <30%.

Dari total luasan mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha, kondisi mangrove lebat seluas 3.121.239 Ha (93%), mangrove sedang seluas 188.363 Ha (5%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (2%). Adapun fokus pemerintah dalam melakukan rehabilitasi kawasan mangrove berada di mangrove dengan kondisi tutupan yang jarang. Pembagian peran dalam rehabilitasi kawasan mangrove jarang dilakukan sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi Kementerian/Lembaga terkait.

Kerusakan hutan mangrove di banyak pesisir di Indonesia bisa mengancam keseimbangan ekosistem pesisir. Berbagai langkah dilakukan untuk mendukung konservasi mangrove. Seperti yang dilakukan TNI Angkatan Laut saat menyambut hari mangrove sedunia pada 26 Juli lalu yang menggelar kegiatan penanaman mangrove serentak di seluruh Indonesia.

Penyelenggaraan penanaman mangrove nasional secara serentak merupakan upaya TNI AL guna mengoptimalkan pembinaan potensi maritim. Kegiatan ini dalam rangka menyiapkan kemampuan wilayah pertahanan laut dan kekuatan pendukung secara sesuai sistem pertahanan semesta (Sishanta), terutama melalui sinergitas peran instansi fungsional stakeholder terkait dalam kegiatan penanaman mangrove.

Perlu diketahui jika hutan mangrove sangat berperan penting dalam menjaga garis pantai agar stabil kehadian populasi dan semak.

KASAL Yudo Margono mengatakan Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan garis pantai terpanjang ke-dua di dunia. Namun yang terpenting adalah bagaimana laut dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia.

“Hal ini telah menjadi cita-cita pemerintah melalui visi poros maritim dunia, berulang kali Bapak Presiden mengingatkan kita semua bahwa laut adalah harapan, laut adalah masa depan,” ucap KASAL Yudo Margono.

Menurut KASAL, agar dapat menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan, maka laut harus terjaga kelestarian lingkungan hidupnya, termasuk di sepanjang garis pantainya.

PKT Aktif Menjaga Ekosistem Mangrove

Mangrove memiliki beragam manfaat bagi kehidupan. Diantaranya melindungi habitat hewan kecil, sebagai rantai makanan, pelindung kawasan pesisir, melindungi laut dari lumpur dan air lebih jernih, sebagai tempat wisata, hingga tempat berlabuh kapal.

Pentingnya mangrove membuat banyak pihak tergerak untuk menjaga ekosistemnya. Salah satunya adalah PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang terus berkomitmen menjaga ekosistem mangrove. Saat ini, PKT mengelola mangrove di area konservasi HGB 65, Bontang.

Community Development Officer PKT Rizky Rayi Ananda mengatakan, dalam pengelolaan mangrove ini, PKT melakukan pembinaan terhadap kelompok Telok Bangko sejak 2019. Kelompok ini beranggotakan 14 orang, dengan 9 perempuan dan 5 laki-laki. Hingga 2022, ada sekitar 194.000 mangrove yang sudah ditanam dengan luas area 20 hektare.

Menyambut Hari Maritim Nasional yang jatuh pada 21 Agustus 2022, kelompok Telok Bangko kembali melakukan penanaman mangrove. Namun, pembibitan mangrove oleh kelompok Telok Bangko ini sebenarnya sudah rutin dilakukan. Per Juli 2022, total sudah ada 50.000 bibit yang ditanam, sesuai dengan permintaan dari PKT.

“Penanaman mangrove ini dilakukan oleh kelompok Telok Bangko. Tetapi biasanya, masyarakat sekitar juga terlibat. Nggak mungkin kan cari bibit sendiri sebanyak itu, makanya masyarakat sekitar ikut membantu. Ada juga supplier bibit sekitar 7-8 orang,” kata Rizky.

Biasanya, imbuh Rizky, bibit mangrove tersebut masih liar. Oleh karena itu, mangrove masih perlu dibudidayakan lebih dulu dengan polybag sampai dua bulan. Setelah dua bulan, mangrove sudah bisa ditanam langsung untuk memberikan manfaat bagi ekosistem laut.

“Secara ekologisnya, mangrove itu penghasil oksigen terbesar setelah terumbu karang. Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai penyerap karbon di udara. Dengan adanya mangrove, air laut juga menjadi bagus karena akar-akarnya menyerap kandungan besi. Secara ekonomis, kelompok ini jadi punya lini produksi seperti sirup, amplang, dodol yang bisa dijual ke tamu-tamu,” lanjutnya.

Lebih jauh Rizky membeberkan sejak awal tahun ini, kelompok Telok Bangko mendapat pelatihan disertifikasi hasil olahan mangrove. Bahkan, kelompok ini juga sudah membangun rumah produksi skala rumahan.

Cara Mengatasi Kendala dalam Penanaman Mangrove

Menanam mangrove ternyata tidak mudah, tergantung geografis area konservasinya. Ada beberapa kendala dalam penanaman mangrove, diantaranya kerusakan dari abrasi gelombang besar.

“Biasanya kerusakan paling besar itu justru di awal pembibitan, tepatnya di usia satu sampai enam bulan. Itu rentan sekali karena belum muncul akar baru. Nah, Ketika muncul akar baru, mangrove mulai rentan dengan sampah yang nyangkut karena bisa membuat mangrove mati dan tidak bisa berkembang,” ujar Rizky.

Karena itu, kelompok Telok Bangko rutin melakukan penyelaman dan pembersihan sampah. Menurutnya, mangrove memang harus benar-benar dijaga pada enam bulan pertama. Setelah usia satu tahun, akar mangrove sudah ada 3 sehingga aman dari hempasan ombak, virus, dan penyakit. “Tips menanam dan merawat hutan mangrove itu gampang. Yang pertama harus tau cara pembibitannya. Kemudian apakah mangrove tersebut siap tanam atau belum. Kalau sudah keluar 2-3 daun, tanaman tersebut siap tanam dan sudah muncul calon akar kedua. Selanjutnya harus tahu betul jenis mangrove yang harus ditanam di lokasinya apakah berlumpur atau berpasir,” pungkas Rizky.

Topik
Artikel Terbaru