Tak Perlu Risau, Udara Masyarakat Kota Bisa Diatasi dengan Sistem Aeroponik
Kita mungkin kerap mendengar istilah hidroponik, tapi tahukah Anda di sektor pertanian juga ada istilah aeroponik? Istilah aeroponik berasal dari kata “aero” yang artinya udara dan “porus” yang artinya daya. Jadi, bisa diartikan bahwa aeroponik merupakan cara memberdayakan udara tanpa menggunakan tanah.
Dalam sistem tanam ini, akar tanaman dibiarkan tumbuh menggantung tanpa media tanah, pada tempat yang telah dijaga kelembapannya. Aeroponik membutuhkan air dan sekilas hampir sama dengan hidroponik. Namun, pada aeroponik, air diberikan larutan hara kemudian disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut dan cara kerja ini disebut juga pengabutan. Lalu, akar tanaman akan menyerap larutan hara yang membantunya untuk tumbuh dengan baik.
Proses Pembuatan
Proses pengabutan dilakukan terus menerus hingga panen. Jika memang harus berhenti atau off, sebaiknya tidak lebih dari 15 menit. Tujuannya agar pengabutan menurunkan suhu di sekitar daun dan mengurangi evapotranspirasi sehingga tanaman selalu segar.
Sistem aeroponik tidak menggunakan media tanah, maka memberikan manfaat bagi petani dan Anda yang tidak mempunyai lahan untuk terus bercocok tanam. Anda bisa melakukannya di pekarangan rumah karena umumnya, media tanam yang digunakan berupa styrofoam dan membiarkan akar tanaman menggantung di udara. Mengenai kualitas, sayuran hasil panen aeroponik akan terasa lebih segar, renyah, dan higienis.
Ramah Lingkungan
Aeroponik tergolong ramah lingkungan karena didukung oleh kemampuan menanam tanaman dalam jumlah besar di ruang kecil. Pendekatan ini terutama digunakan di pertanian vertikal dalam ruangan yang semakin umum dibuat di perkotaan. Ditambah lagi karena sistem aeroponik tertutup sepenuhnya, tidak ada limpasan nutrisi yang mengotori saluran air di dekatnya.
Adapun beberapa jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini antara lain selada, sawi, tomat, bawang merah, bawang putih, daun bawang, seledri, melon, anggrek, mentimun, dan kaktus.
Keunggulan dan Kekurangan
Sebagai sistem pertanian modern, aeroponik memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
- Sistem aeroponik membantu lingkungan dengan menghemat air.
- Sistem aeroponik mengurangi jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat.
- Karena akar di udara, tanaman menerima lebih banyak oksigen.
- Oksigen tambahan yang tanaman terima dapat meringankan pertumbuhan patogen berbahaya.
- Larutan nutrisi yang digunakan lebih hemat. Hal ini karena saat proses pengabutan pada sistem aeroponik, akar tanaman menyerap langsung nutrisi yang diberikan. Tidak ada larutan yang terbuang sia-sia dan tanaman tumbuh dengan segar.
Di sisi lain, sistem aeroponik juga memiliki sejumlah kekurangan, diantaranya:
- Biaya pembuatan sistemnya cukup mahal.
- Alat bergantung pada listrik, sehingga ketika aliran listrik mati, alat tidak bisa bekerja.
Tahapan Merakit Sistem Aeroponik
Untuk mempraktikkan sistem tanam aeroponik, ada beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan. Di antaranya ada pipa PVC, rockwool untuk tempat meletakkan benih tanaman, styrofoam untuk menancapkan bibit tanaman, pompa air, bibit tanaman, dan larutan nutrisi.
Setelah semua perlengkapan selesai disiapkan, Anda bisa merendam terlebih dahulu benih di dalam air. Kemudian lubangi rockwool untuk tempat penyemaian benih. Benih sendiri bisa disimpan di tempat gelap agar lebih cepat berkecambah. Jika bibit tanaman sudah mengeluarkan dua helai daun dari rockwool, segera pindahkan ke styrofoam yang sudah dilubangi dan pastikan posisi akarnya dalam posisi menjuntai ke bawah.
Pada bagian bawah styrofoam terdapat sprinkler atau alat pengabut yang sudah dirakit. Alat ini akan berfungsi untuk memancarkan kabut larutan nutrisi ke arah atas hingga mengenai akar tanaman yang telah ditempatkan di lubang tanaman. Selanjutnya, proses pemancaran kabut larutan nutrisi bisa berjalan dengan bantuan pompa air.
Kunci keberhasilan dari sistem budidaya ini yaitu oksigenasi di setiap butiran kabur yang mengenai akar. Butiran kabut akan menghambat oksigen dari udara, sehingga kadar oksigen terlarutnya meningkat.
Kondisi tersebut membuat respirasi akar menjadi lancar dan tanaman bisa menghasilkan banyak oksigen. Dengan demikian, tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tanaman Paling Direkomendasi dengan Sistem Aeroponik
Sayuran daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam merupakan tanaman yang paling direkomendasikan untuk sistem aeroponik. Jenis-jenis sayuran tersebut meliputi:
- Selada
- Kangkung
- Bayam
- Sawi
- Pokcoy
- Mint dan basil
- Tomat
- Mentimun
Jika Anda menanam tomat, sistem aeroponik memungkinkan Anda untuk mendapatkan hasil panen empat kali dalam satu tahun. Padahal dengan sistem tradisional, Anda hanya bisa mendapatkan hasil panen satu atau dua kali dalam satu tahun.
Selain sayuran, Anda juga bisa menanam umbi-umbian. Dibandingkan dengan sistem tanam konvensional, biasanya ukuran umbi-umbian hasil aeroponik lebih kecil. Namun, secara kualitas tidak kalah bagus karena bagian umbi menyerap langsung nutrisi yang disemprotkan. Beberapa umbi yang cocok untuk sistem aeroponik antara lain:
- Kentang
- Ubi
- Wortel
- Lobak
Salah satu keunggulan sistem aeroponik adalah jarak antar tanaman yang lebih rapat. Dengan cara ini, Anda bisa menanam lebih banyak tanaman dibanding sistem biasa. Hal ini bisa terjadi karena tanaman membutuhkan lebih banyak oksigen sebagai nutrisi.
Pada sistem aeroponik, tanaman dapat memiliki oksigen lebih banyak meskipun jaraknya lebih dekat. Akar tetap dapat tumbuh subur meski hanya dengan air dan udara terbuka. Bagaimana? Tertarik untuk menanam sayuran dan umbi-umbian dengan sistem aeroponik? (Tyo)